Terkini.id, Jeneponto – Pokja Stunting Kabupaten Jeneponto terus melangkah untuk mencegah dan mempercepat penurunan Stunting di daerah yang yang berjuluk Butta Turatea.
Upaya itu terus dilakukan dengan mendetiksi secara dini melalui pengukuran berat badan dan pengukuran tinggi badan bayi dibawa lima tahun.
Hal itu diungkapkan oleh Tim Pokja Stunting Kabupaten Jeneponto kepada terkini.id.
“Kita terus melangkah dengan menganalisis data pengukuran stunting tingkat Kecamatan di Kabupaten Jeneponto,” jelas
Perkembangan Sebaran Prevalensi Stunting
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya.
Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi kondisi stunting baru terlihat setelah bayi berusia 2 (dua) tahun.
“Dengan demikian periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) seharusnya mendapat perhatian khusus karena menjadi penentu tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan produktivitas seseorang di masa depan,” ujarnya
Menurutnya, Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita. Intervensi yang paling menentukan untuk dapat mengurangi prevalensi stunting adalah intervensi yang dilakukan pada 1.000 HPK dari anak balita.
“Intervensi stunting memerlukan konvergensi program dan upaya sinergis pemerintah serta dunia usaha dan masyarakat. Pada Tahun 2020, Pemerintah Daerah Kabupaten Deli Serdang telah mengadakan Rembuk Stunting dengan menetapkan lokus desa untuk intervensi spesifik dan sensitif pada lokus tersebut,” terangnya.
Sesuai sumber data e-PPGBM bulan Agustus 2020 dan 2021 yang menunjukkan Hasil Analisis Data Stunting Tingkat Kecamatan di Kabupaten Jeneponto.
A. Perkembangan sebaran prevalensi stunting
Stunting disebabkan oleh berbagai faktor, dimana tidak hanya terkait gizi buruk tetapi juga faktor-faktor penyebab langsung dan tidak langsung lainnya. Namun demikian, intervensi yang paling menentukan untuk mengurangi terjadinya stunting adalah intervensi pada usia 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
Berikut ini adalah grafik sebaran prevalensi
stunting menurut data kecamatan di kabupaten Jeneponto, dengan perbandingan data e-PPGBM bulan Agustus tahun 2020 dan 2021.
Berdasarkan data pemantauan status gizi anak untuk Indeks Panjang Badan menurut Umur atau Tinggi Badan menurut Umur (PB/U atau TB/U).
Guna menggambarkan pertumbuhan panjang atau tinggi badan anak berdasarkan umurnya dalam rangka mengidentifikasi anak-anak yang
Stunting.
Menurut data setiap Puskesmas, hasil pengukuran bulan Agustus tahun 2020-2021 dapat dilihat pada grafik 2 yang menunjukkan Persentase Prevalensi Stunting menurut Puskesmas Tahun 2020-2021
“Berdasarkan grafik diatas, diketahui bahwa dari 19 Puskesmas yang ada di kabupaten Jeneponto, penurunan prevalensi stunting yang tertinggi di Puskesmas Togo-Togo dari 34,74 persen tahun 2020 menjadi 4,18 persen tahun 2021. Hal ini memperlihatkan adanya penurunan prevalensi stunting, itu dipengaruhi oleh membaiknya konvergensi lintas sektor yang terlibat dalam penanganan stunting,” pungkasnya.